Mengingatkan waktu Sholat
" Sesungguhya sholat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar "
"
  Mohon maaf kepada 
para senior saya , 
Media ini bermaksud untuk
saling berbagi sesama, bukan bermaksud  untuk menggurui.  

rss

Selasa, 02 Agustus 2011

Kegagalan dalam pembuatan bibit induk F1 dan antisipasinya

Dalam rekayasa penurunan bibit PDA ke bibit induk F1 terkadang dijumpai kegagalan. Pada umumnya kegagalan yang adalah kontaminasi atau bibit PDA yang tidak mau menjalarkan miselium pada media F1. Beberapa analisa kegagalan tersebut yang paling sering adalah disebabkan oleh halhal sebagai berikut:

  • Kualitas jagung yang kurang baik. Sebaiknya selalu memilih jagung dengan kualitas baik dan dalam kondisi baru. Hindari memilih jagung yang sudah tertimbun lama dan sudah banyak kutu nya. Pilih jagung yang utuh, jangan yang banyak mengandung jagung pecah dan berlubang.
  • Kurangnya perendaman. Lama perendaman setelah proses pencucian sebaiknya minimal 2x24jam. Fungsi perendaman ini adalah untuk menambah kadar air pada media jagung. Jika jagung langsung dilakukan perebusan tanpa merendam terlebih dahulu, biasanya masih kurang mengandung kadar air. Kadar air yang kurang menyebabkan penjalaran miselium kurang sempurna dan menimbulkan kontaminasi pada akhirnya.
  • Terlalu lama dalam perebusan sehingga banyak jagung yang kondisinya pecah dan terbuka. Atau sebaliknya kurang lama merebus, sehingga masih terlalu keras.
  • Proses sterilisasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, bisa jadi sterilisasi kurang, sehingga belum cukup mematikan bakteri yang ada, atau malah sterilisasi pada autoclav yang berlebihan yang menyebabkan jagung menjadi gosong sehingga struktur nutrisi pada jagung untuk penumbuhan miselium menjadi kurang baik.
  • Pada proses inokulasi jagung masih terlalu panas, sehingga bibit PDA yang terbuat dari bahan agar-agar meleleh dan merusak miselium PDA.
  • Bibit PDA yang mengandung kontaminan, sehingga menyebabkan kegagalan pada penurunan bibit F1. Untuk itu hendaknya selalu dipilih bibit PDA dengan kualitas terbaik.
  • Proses inokulasi yang kurang steril. Untuk itu selalu perhatikan tingkat kebersihan tempat, bahan, dan alat yang digunakan pada proses inokulasi bibit PDA ke media F1 untuk menjamin tingkat keberhasilannya.
  • Tempat penyimpanan / storage bibit F1 yang kurang memadai. Dalam menyimpan bibit induk F1 hendaknya pada tempat yang bersih dan steril pula. Jika terdapat kontaminasi pada satu atau beberapa botol bibit F1, segera pisahkan dan dibuang, karena jika dibiarkan, biasanya dapat menular ke botol bibit F1 lainnya.


Memahami perkembangan miselium bibit induk F1

Perkembangan miselium pada bibit induk F1 dimulai dari berkembangnya miselium pada inokulan bibit PDA pada media jagung, lalu jika media jagung yang dibuat sesuai dan pas pada kondisi untuk mengembangkan miselium dari bibit PDA tersebut, maka secara perlahan akan terjadi perambatan miselium hingga menyelimuti seluruh permukaan jagung pada botol F1. Proses perkembangan miselium pada bibit induk F1 ini perlu  diperhatikan agar kita dapat mengetahui durasi mulai awal pembentukan miselium hingga mencapai 100% pada bibit induk F1. Durasi ini nantinya penting dalam penyusunan jadual kerja manajemen pembibitan yang  terkait dengan jadual kerja pada budidaya jamur tiram putih. Secara detil, perkembangan miselium yang  normal pada bibit induk F1 dapat diperhatikan pada ilustrasi berikut ini:
  • Masa krusial atau masa terpenting pada perkembangan miselium dari bibit PDA adalah pada 3 hari pertama. Pada 24 jam setelah dilakukan proses inokulasi, biasanya pada agar-agar bibit PDA akan mulai terselimuti benang-benang hifa.
  • Selanjutnya pada hari ke-3 benang hifa tersebut akan merambatkan miselium pada media jagung pada bibit induk F1 yang ada.
  • Perkembangan miselium pada 5-7 hari pertama akan tampak seperti rambatan miselium yang telah mencapai sekitar 30% tersebut seperti tipis dan halus. Ini sebenarnya normal saja.
  • Setelah mencapai 10 hari, biasanya miselium telah merambat hingga 70%, di sini miselium yang terbentuk sudah mulai menebal.
  • Miselium akan mencapai kondisi 100% dalam waktu kurang lebih 15-20 hari tergantung ukuran dari jagung. Untuk jagung ukuran kecil, biasanya rambatan miselium lebih lambat daripada jagung berukuran besar.


semoga bermanfaat.
untuk lebih detailnya lihat di : jamursekolahdolan.

Jumat, 29 Juli 2011

Tips dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan F1

Tips dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan F1
Dalam pembuatan bibit F1, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk lebih meningkatkan probabilitas dan keberhasilannya. Terkadang hal-hal tersebut terkesan sepele dan sederhana, namun besar sekali pengaruhnya terhadap kualitas bibit induk F1 yang dihasilkan nantinya. Tips-tips tersebut antara lain adalah 

  1. Pemilihan jagung yang digunakan sebagai media F1.Jagung yang dipilih hendaknya berkualitas bagus dan dalam kondisi masih baru. Hindari pemilihan jagung yang sudah lama atau timbunan di pasar.  Ukuran jagung (besar dan kecil) sebenarnya tidak mempengaruhi kualitas F1. Namun menggunakan  jagung dengan ukuran yang tanggung dan besar lebih mudah dari pada yang ukuran kecil. Mudah ini dalam artian mengatur kadar air yang pas. Jika jagung ukuran besar hanya perlu direndam kurang lebih 2 hari, maka jagung yang ukuran kecil memerlukan waktu hingga 4 hari dalam perendamannya.
  2. Proses pembersihan jagung harus selalu dilakukan sebelum melakukan perendaman, di sini fungsi dari pembersihan adalah sekaligus memisahkan jagung yang kondisinya jelek. Biasanya dalam pembersihan, jika terdapat jagung yang jelek akan mengapung, segera pisahkan.
  3. Dalam merebus jagung, periksa terus tingkat kematangan/ tingkat kelunakan dari jagung tersebut. Lama perebusan adalah dalam kisaran 20menit hingga 30 menit. Jika kondisi jagung sudah pecah, atau mengelupas, ini berarti kondisinya terlalu lama dalam perebusan
  4. Pada proses penirisan, hendaknya tidak terlalu lama maksimal 10 menit, karena jika terlalu lama, dikhawatirkan kadar airnya berkurang. Namun juga harus diperhatikan jangan sampai kadar air yang terkandung berlebih.
  5. Pada proses sterilisasi, jika menggunakan panci presto biasa, karena tidak ada alat pengukur tekanannya, bisa diasumsikan tingkat tekanan yang ada adalah sekitar 0,75Bar. Lama sterilisasi jika menggunakan panci presto biasa adalah kurang lebih 30-40menit. Jika menggunakan autoclav, sterilisasi dilakukan pada tekanan 1,5 – 2BAR selama kurang lebih 20menit. Media jagung adalah media dengan nutrisi murni (bukan campuran), dan pada saat sterilisasi, kondisinya sudah lunak, jika terlalu lama pada autoclav maka akan merusak struktur nutrisi dan kandungan kadar air pada jagung. Hasil jagung setelah proses sterilisasi adalah masih berwarna kuning kecoklatan, Namun bukan coklat gosong.
  6. Pada saat inokulasi, pastikan kondisi jagung sudah cukup mendingin, yaitu kurang lebih selama 4-5jam sejak dikeluarkan dari autoclav
  7. Proses inokulasi harus dilakukan di dalam kotak pembibitan sederhana atau di dalam laminar air flow.
  8. Penyimpanan bibit induk F1 setelah inokulasi haruslah di tempat yang bersih dan steril.

Pembuatan Bibit Induk F1

Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian, jagung, sorgum, kedelai, gabah, dan beberapa bahan lainnya. Pebudidaya di Indonesia pada umumnya menggunakan media jagung dan media gabah untuk membuat bibit induk F1. Khusus pembahasan kali ini kita menggunakan media jagung. Media ini dipilih karena mudah didapatkan, harganya cukup murah, dan kualitas  bibit induk F1 yang dihasilkan sangat baik. Pada bibit induk F1, diinokulasikan agar-agar dari bibit PDA untuk mengembangkan miselium tersebut pada media jagung. Bibit induk yang dihasilkan disini nantinya masih harus dikembangkan atau diturunkan menjadi bibit sebar F2 sebelum digunakan dalam inokulasi pembuatan media baglog jamur tiram.

Bahan Yang Diperlukan Untuk Pembuatan Bibit Induk F1 :
Untuk membuat bibit Induk F1 bisa menggunakan biji-bijian jagung, gabah/padi, kedelai, atau gandum. Adapun beberapa persyaratan bahan yang baik untuk dibuat bibit induk F1 adalah sebagai berikut: 
  • Masih baru. Kondisi jagung yang akan dipakai tidak boleh sudah terlalu lama dari pemanenan.
  • Pilih dengan benar kualitas jagung, kalau bisa hanya sedikit saja jagung yang rusak/pecah, usahakan sebagian besar utuh.
  • Tidak terdapat kontaminasi dari jamur atau yang lain
  • Tidak terdapat hama seperti ulat dan lainnya
  • Secara visual kondisi jagung yang berkualitas akan tampak kuning, utuh.
Peralatan yang diperlukan :

Dalam membuat bibit induk F1, diperlukan peralatan-peralatan yang cukup mudah untuk didapatkan. Peralatan-peralatan tersebut antara lain adalah :
Botol bekas saus


  Botol bekas saus   Lihat gabar dibawah No. 1
  Kompor Bunzen  Lihat gabar dibawah No. 2
  Stik atau batang yang terbuat dari stainless steel agar steril  Lihat gabar dibawah No. 3
Kotak pembibitan sederhana
Karet pentil / karet gelang yang ukuran kecil saja Lihat gabar dibawah No. 4
 Plastik dan Koran yang dipotong kurang lebih 7cm x 7 cm Lihat gabar dibawah No. 5
Kapas steril Lihat gabar dibawah No. 6
Tempayan bambu yang digunakan pada proses penirisan,
Ember dan peralatan masak lainnya.
Autoclav atau panci bertekanan
PDA yang berkualitas.




Tata cara Rekayasa Pembuatan Bibit Induk F1
Pembuatan bibit induk F1 dibagi dalam beberapa langkah sebagai berikut :
  1. Mencuci jagung
    Jagung yang akan digunakan dalam pembuatan bibit harus dicuci terlebih dahulu, pada proses ini selain dicuci, dilakukan juga proses pemisahan antara jagung yang baik dan jagung yang kurang baik. Caranya dengan merendam sejenak jagung tersebut di dalam air, jagung yang mengapung adalah jagung yang kurang baik, segera pisahkan dan dibuang, selain itu jika ditemukan jagung yang terdapat lubang bekas ulat, segera dibuang dan dipisahkan.
  2. Merendam jagung
    Jagung yang sudah dicuci tersebut selanjutnya direndam di dalam air bersih dengan takaran kurang lebih 2 liter per 1kg jagung. Proses perendaman ini berlangsung kira-kira 48 jam. Tujuannya adalah untuk menambahkan kadar air ke dalam jagung yang masih keras tersebut. Kadar air ini sangat penting dalam proses pembentukan miselium F1 nantinya. Banyak yang menyepelekan proses perendaman ini, yang sebenarnya di sinilah letak kunci keberhasilan yang penting dalam pembuatan bibit induk F1. Merendam jagung ini hendaknya menggunakan air yang bersih.
  3. Merebus jagung
    Jagung yang telah direndam selama kurang lebih 48 jam tersebut kemudian dicuci lagi hingga bersih. Lalu masukkan ke dalam panci dan rebuslah selama kurang lebih 20-30 menit. Tidak ada patokan waktu dalam perebusan ini, karena sangat tergantung ukuran dari jagung itu sendiri. Untuk jagung berukuran kecil, biasanya proses perebusan akan lebih lama. Ukuran jagung yang sedang dan besar biasanya hanya memerlukan waktu sekitar 20menit saja. Proses perebusan jagung adalah hingga butiran jagung sudah cukup lunak / empuk, namun belum sampai pecah merekah Selama proses perebusan, hendaknya selalu diperiksa kadar kelunakan dari jagung itu. Ini sangat penting agar jangan sampai jagung masih terlalu keras. Namun juga harus diperhatikan timing / waktu perebusan, jangan sampai jagung terlalu lunak atau sudah pecah merekah. Ini artinya terjadi overcook yang dikhawatirkan akan menimbulkan kontaminasi nantinya. Fungsi dari merebus jagung ini selain untuk melunakkan  jagung, juga untuk menambah kadar air yang terkandung di dalam jagung nantinya. Kadar air ini sangat  penting dalam perkembangan miselium. Kebanyakan kegagalan/kontaminasi diakibatkan kurangnya  kadar air.
  4.  Meniris Hasil Rebusan Jagung
    Setelah direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit. Tujuannya hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan tidak boleh terlalu lama, lalu segera masukkan ke dalam botol.
  5.  Memasukkan Jagung Ke Dalam Botol
    Setelah direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit. Tujuannya hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan tidak boleh terlalu lama, lalu segera masukkan ke dalam botol. Jangan lupa semprot tangan dengan alkohol terlebih dahulu.
  6. Sterilisasi menggunakan autoclav
    Masukkan botol ke dalam autoclav, lalu sterilkan pada tekanan 1,5Bar – 2Bar selama kurang lebih 20menit. Dalam proses sterilisasi ini tidak boleh terlalu lama yang akan menyebabkan jagung tersebut gosong dan kering. Jika proses sterilisasi terlalu lama, akan menyebabkan struktur nutrisi yang terkandung di dalam jagung untuk penumbuhan miselium menjadi rusak, inilah yang menyebabkan salah satu kegagalan nantinya.
  7. Inokulasi bibit PDA ke F1
    Setelah proses sterilisasi, masukkan botol ke dalam kotak pembibitan sederhana atau laminar air flow.  Biarkan sampai cukup mendingin. Kira-kira sekitar 3-5jam. Jika jagung masih terlalu panas, jangan  dipaksakan untuk melakukan proses inokulasi, hal ini dapat menyebabkan kegagalan, karena PDA  terbuat dari agaragar, sehingga akan mudah meleleh dan merusak miselium yang terkandung dalam  agar-agar PDA. Visualisasi dari langkah inokulasi ini adalah sebagai berikut :
  • Panaskan pula sejenak bibit PDA yang akan digunakan untuk menginokulasi media jagung menjadi   bibit induk F1. Panaskan menggunakan panas dari api bunzen secara merata di permukaan dan di  mulut botol PDA
  • Potong / cacah agar-agar dari bibit PDA menjadi beberapa bagian. Tujuannya adalah agar memudahkan dalam memasukkan ke dalam botol F1. Biasanya dalam satu botol bibit PDA ini bisa dibagi menjadi kurang lebih 25 bagian.
  • Masukkan secara perlahan segmen/bagian dari potongan bibit PDA tersebut ke dalam media jagung  yang nantinya menjadi bibit induk F1. Cara memasukkannya harus dengan hati-hati dan masuk secara  sempurna ke dalam botol. Idealnya ukuran segmen adalah kurang lebih 1cm x 2cm.
  • Segera tutup botol dengan kertas koran lalu ikat dengan karet. Ingat!! Koran yang digunakan sebagai  penutup di sini harus sudah disterilkan pula di dalam autoclav. Untuk memastikan tingkat sterilnya, boleh juga dengan menyemprot koran terlebih dahulu menggunakan alkohol 96%.
  • Dalam menutup botol hasil inokulasi, bisa menggunakan kapas, bisa menggunakan kertas koran, bisa juga menggunakan kertas lilin coklat yang biasanya untuk bungkus makanan. Namun secara umum kebanyakan pebudidaya menggunakan tutup kertas koran saja.
  • Setelah proses inokulasi selesai, simpan dengan baik bibit induk F1 di tempat yang bersih, steril, dan stabil suhu dan kelembabannya. Yang termudah adalah diletakkan di dalam lemari yang bersih. Untuk  menjamin kebersihannya, semprot terlebih dahulu tempat penyimpanan menggunakan alkohol 96%

Rabu, 20 Juli 2011

Pembuatan Bibit PDA /F0 Jamur Tiram (II)

1. Semprot ruang inokulasi dengan alkohol hingga steril.. biarkan selama kurang lebih 20 menit.
2. Masukkan semua alat ke dalamnya dan masukkan botol-botol PDA
3. Siapkan pula jamurnya.
4. Semprot kedua tangan dengan alkohol.
4. Nyalakan bunzen/ Lilin, lalu ambil jarum/ganggang stainless tadi dan panaskan ujung ganggang tadi di api bunzen hingga panas dan berwarna merah. Ini gunanya untuk mensterilkan dan membunuh kuman
5. Dinginkan ganggang dan letakkan pada gelas yang bersih dan steril.
6. Ambil jamur (o ia, sebelum inokulasi, semprot tangan dengan alkohol dengan merata hingga benar2 steril juga) sobeklah jamur menurut arah panjangnya, letak spora yang banyak kira-kira di dekat gagang tapi masih di tudungnya.
8. Menggunakan jarum/gagang tadi, ambil potongan kecil dari jamur seukuran kira-kira 2-3mm2. Pastikan mengambilnya menggunakan ujung jarum yang sudah benar2 steril tadi dan tidak menyentuh bagian luar dari jarum.
9. Ambil botol PDA dan dekatkan dengan api bunzen, perlahan bukalah kapas (semua proses harus dekat dengan api agar pasti kondisi free dari kuman dan bakteri), lalu masukkan cuilan jamur tadi ke dalam botol PDA lalu segera tutup dengan kapas steril tadi dan juga dengan plastik dan diberi karet...
10. Sekali lagi karena penting!! SEmua proses harus dekat dengan api bunzen.

Letakkan botol PDA yang sudah diinokulasi dengan jamur tadi di ruang yang steril, bersih.
Periksa terus terhadap kontaminasi...

Jika berhasil, maka bisa dilihat dalam waktu 3-4 hari saja yang diindikasikan dengan menyebarnya miselium putih di permukaan agar PDA.
Jika miselium sudah merata seluruhnya selama kurang lebih 7 hari-10 hari, maka PDA sudah siap untuk diinokulasikan ke botol F1.
Sekali lagi, tidak perlu kecewa jika proses ini gagal. Dalam membuat 10 botol, bisa jadi 1 saja sudah Alhamdulillah.. karena sudah bisa membuat pabrik jamur tiram putih.



lihat lengkapnya di : jamursekolahdolan

Kamis, 14 Juli 2011

Pembuatan Bibit PDA /F0 Jamur Tiram (I)

Pembuatan bibit PDA yang dimaksud di sini adalah pembiakan kultur murni atau biakan murni dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Yang dimaksud dengan kultur jaringan adalah mengambil bagian dari jamur untuk ditumbuhkan pada media PDA agar dapat berkembang dan memperbanyak diri. Sel-sel pada spora jamur tiram diharapkan dapat berkembang menjadi individu baru secara sempurna pada media yang sesuai dalam hal ini media PDA. Teknik kultur jaringan dengan media PDA (Potato Dextrosa Agar) ini sangat penting untuk dikuasai oleh pebudidaya jamur karena dari sinilah semua proses multiplikasi atau pengembangan jamur tiram berlangsung.

Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan PDA:

 1     Botol Pipih  Biasanya menggunakan botol bekas yang pipih        
  2  Autoclaf   Jika belum punya bisa menggunakan panci Presto.
  3  Kapas  Banyak kita beli  di Apotik.
  4  Karet  Karet gelang.
  5  AlumuniumFoil    Boleh juga menggunakan Plastik Polipropelin.
  6  Cutter  Atau alat pemotong lainya.
  7  Pinset  Peralatan Cutter dan pinset direkomendasikan yang stainlessstel..
  8  Bunzen  Kompor spirtus, lampu biasa dengan bahan bakar spirtus
 9  Alkohol  Ada yang mengatakan yang bagus 98%, cuman pernah saya coba pakai yang 70% juga bisa.
   10
   
 Gelas Ukur  Atau apa saja yang berfungsi untuk mengukur air.
  11  Peralatan
 Masak lainya.
 Kompor, Panci, saringan dll.
  12  Kotak
 Pembibitan
 Kotak pembibitan sederhana ini dibuat dari kayu dengan lapisan melamin di dalamnya. Pada bagian atas diberi kaca tebal dengan lubang untuk pengeluaran
panas dari api bunzen. Kotak ini hendaknya dibuat benarbenar rapat dan tertutup. Ini untuk memastikan pada saat inokulasi pemberian bibit semua dalam keadaan steril. Untuk kaca bagian atas bisa menggunakan kaca tebal 13mm.


Bahan-bahan yang diperlukan  :

  1     Kentang segar (Potato)       200 Gr    
  2  Dextrosa (Dextrose)  Istilah bahasa Inggris untuk glukosa.
ada juga yang menyarankan gula jagung tropicana
    20 Gr    
  3  Agar (Agar)     20 Gr    

 4  Air Steril/ air destilasi     1 Liter    
  5  Induk Jamur  Jamur untuk indukan yang dipilih hendaknya:
·  Kondisi sehat
· Tidak terlalu tua dan tidak pula terlalu
   muda/kecil
· Tidak terlalu basah
·  Memiliki gagang/tangkai yang besar
   dan keras
· Tidak terdapat kontaminasi baik hama  maupun kontaminasi bakteri didalamnya.
 


I. Persiapan :
 Setelah semua bahan dan peralatan disiapkan, pada awalnya cucilah hingga bersih botol untuk tempat media PDA, setelah itu sterilkan botol, pengaduk, gelas ukur dan semua peralatan penunjang dengan cara merebus pada air 100oC, atau masukkan kedalam autoclav lalu sterilkan pada tekanan 1,5Bar selama 15 menit. Penyeterilan botol, pengaduk, gelas ukur dan semua peralatan penunjang ini dilakukan untuk lebih memperbesar tingkat keberhasilan dalam pembuatan PDA nantinya.
  
II. Menyiapkan dan merebus Kentang ( Membuat PDA): 
  • Siapkan kentang sejumlah 200 gram lalu potonglah kecil-kecil berbentuk kubus dengan ukuran kurang lebih 1cm x 1cm.
  • Merebus kentang ini dilakukan selama kurang lebih 30-40 menit. Kondisi yang menurut pengalaman adalah hingga jumlah air 1 liter tadi menjadi kurang lebih 0,3liter -0,4liter.
  • Saringlah air kaldu dari rebusan kentang tadi. Jika jumlah hasil air yang ada di kisaran 300ml – 400 ml, maka waktu perebusan sudah pas.
  • Air kaldu kentang tadi diencerkan kembali menggunakan air steril sehingga jumlahnya menjadi 1 liter kembali. Ingat, wadah atau tempat untuk pengenceran pun harus bersih dan steril pula.
  • Tambahkan 20 gram dextrosa ke dalam larutan dan aduk hingga benar-benar merata.
  • Tambahkan agar-agar bubuk sejumlah 20 gram atau tiga bungkus lalu aduk hingga
    benar-benar merata.
  • Setelah merata, masukkan larutan PDA ke dalam botol sejumlah kurang lebih 1cm. Untuk botol ex wiski kira-kira 30-40ml, utk botol UC1000 kira-kira 20ml
  • Tutup botol dengan kapas steril, lalu diberi plastik tebal 0.05m dan ikat menggunakan karet.




III. Sterilkan lautan PDA.
Lakukan langkah sterilisasi larutan PDA menggunakan autoclav atau panci presto bertekanan.Jika  menggunakan autoclav, setting autoclav pada tekanan 1,5Bar lalu lakukan sterilisasi selama kurang lebih 15-20menit. Jika menggunakan panci presto, kurang lebih 30-40menit.
Setelah dilakukan sterilisasi, letakkan botol dalam keadaan tidur/miring hampir 180o Tujuannya adalah agar larutan PDA bisa menyebar di permukaan dasar botol, biarkan larutan PDA ini sampai agar-agarnya mengeras sempurna. Proses inokulasi bisa dilakukan jika suhu media PDA sudah mencapai kurang lebih 37oC. Untuk lama pendinginan kurang lebih 5 jam. Untuk meningkatkan prosentase keberhasilan, hendaknya proses inokulasi indukan langsung dilakukan begitu agaragar PDA sudah mulai mendingin. Waktu maksimalnya kurang lebih 12 jam.Perletakan PDA hendaknya di dalam kotak pembibitan sederhana atau di dalam laminar air flow. Jika menggunakan kotak pembibitan sederhana, sebelum memasukkan media PDA di dalamnya, semprotlah terlebih dahulu menggunakan alkohol 96% untuk memastikan sterilnya ruangan kotak pembibitan.




Bersambung ....  (Biar seperti sinetron, He.he)
info lengkap dari :  jamursekolahdolan

Kamis, 03 Maret 2011

Jamur Arafah.

Sejarah jamur "ARAFAH".

Asssalamu'alaikum Wr, Wb.

9 zulhijah tempat berkumpulnya jamaah ibadah haji di padang "ARAFAH". Alhamdulilah jamur tiram saya mulai panen ketika itu.. (semoga dengan usaha ini bisa mengantarkan keluarga kami kumpul di sana.. Amien) Ide Merk "ARAFAH" pun Muncul...
Usaha sampingan saya dimulai dengan membeli baglog yang siap panen seharga Rp. 3.000 sebanyak 500 log. Pembukuan yang njelimet menunjukkan positif jika dikembangkan. Mulailah saya mencari artikel tentang tehnik pembuatan log produksi. Terus berkembang dan akhirnya sayapun diberi pengetahuan oleh-Nya membuat log sendiri.
Sebernya terbesit ingin membuat bibit sendiri, cuman belum berani gagal, berani modal, dan berani nyuri waktu. Semoga apa yang di angan-angan bisa terlaksana nantinya, yaitu membuat bibit sendiri. do'a dan dukungan dari Pengunjung sangat di harapkan.
Bagi yang ingin memulai bisnis ini dan membutuhkan tambahan artikel tentang jamur tiram, bisa melihat di kumpulan artikel saya dibagian artikel jamur "ARAFAH". (ada di samping).

Atau biar jelas, kita bisa sharing dengan menghubungi saya di : 
0725 49012
08575 89700 20  atau postkan ke : 
jamurarafah@gmail.com
disamping menjual jamur segar saya juga bisa membantu mendapatkan bibitnya.
semoga dengan semangat usaha kita diberi keberkahan dan selalu mendapat Hidayah-Nya.
amien.
wassalamu'alaikum wr, wb.