Mengingatkan waktu Sholat
" Sesungguhya sholat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar "
"
  Mohon maaf kepada 
para senior saya , 
Media ini bermaksud untuk
saling berbagi sesama, bukan bermaksud  untuk menggurui.  

rss

Jumat, 29 Juli 2011

Pembuatan Bibit Induk F1

Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian, jagung, sorgum, kedelai, gabah, dan beberapa bahan lainnya. Pebudidaya di Indonesia pada umumnya menggunakan media jagung dan media gabah untuk membuat bibit induk F1. Khusus pembahasan kali ini kita menggunakan media jagung. Media ini dipilih karena mudah didapatkan, harganya cukup murah, dan kualitas  bibit induk F1 yang dihasilkan sangat baik. Pada bibit induk F1, diinokulasikan agar-agar dari bibit PDA untuk mengembangkan miselium tersebut pada media jagung. Bibit induk yang dihasilkan disini nantinya masih harus dikembangkan atau diturunkan menjadi bibit sebar F2 sebelum digunakan dalam inokulasi pembuatan media baglog jamur tiram.

Bahan Yang Diperlukan Untuk Pembuatan Bibit Induk F1 :
Untuk membuat bibit Induk F1 bisa menggunakan biji-bijian jagung, gabah/padi, kedelai, atau gandum. Adapun beberapa persyaratan bahan yang baik untuk dibuat bibit induk F1 adalah sebagai berikut: 
  • Masih baru. Kondisi jagung yang akan dipakai tidak boleh sudah terlalu lama dari pemanenan.
  • Pilih dengan benar kualitas jagung, kalau bisa hanya sedikit saja jagung yang rusak/pecah, usahakan sebagian besar utuh.
  • Tidak terdapat kontaminasi dari jamur atau yang lain
  • Tidak terdapat hama seperti ulat dan lainnya
  • Secara visual kondisi jagung yang berkualitas akan tampak kuning, utuh.
Peralatan yang diperlukan :

Dalam membuat bibit induk F1, diperlukan peralatan-peralatan yang cukup mudah untuk didapatkan. Peralatan-peralatan tersebut antara lain adalah :
Botol bekas saus


  Botol bekas saus   Lihat gabar dibawah No. 1
  Kompor Bunzen  Lihat gabar dibawah No. 2
  Stik atau batang yang terbuat dari stainless steel agar steril  Lihat gabar dibawah No. 3
Kotak pembibitan sederhana
Karet pentil / karet gelang yang ukuran kecil saja Lihat gabar dibawah No. 4
 Plastik dan Koran yang dipotong kurang lebih 7cm x 7 cm Lihat gabar dibawah No. 5
Kapas steril Lihat gabar dibawah No. 6
Tempayan bambu yang digunakan pada proses penirisan,
Ember dan peralatan masak lainnya.
Autoclav atau panci bertekanan
PDA yang berkualitas.




Tata cara Rekayasa Pembuatan Bibit Induk F1
Pembuatan bibit induk F1 dibagi dalam beberapa langkah sebagai berikut :
  1. Mencuci jagung
    Jagung yang akan digunakan dalam pembuatan bibit harus dicuci terlebih dahulu, pada proses ini selain dicuci, dilakukan juga proses pemisahan antara jagung yang baik dan jagung yang kurang baik. Caranya dengan merendam sejenak jagung tersebut di dalam air, jagung yang mengapung adalah jagung yang kurang baik, segera pisahkan dan dibuang, selain itu jika ditemukan jagung yang terdapat lubang bekas ulat, segera dibuang dan dipisahkan.
  2. Merendam jagung
    Jagung yang sudah dicuci tersebut selanjutnya direndam di dalam air bersih dengan takaran kurang lebih 2 liter per 1kg jagung. Proses perendaman ini berlangsung kira-kira 48 jam. Tujuannya adalah untuk menambahkan kadar air ke dalam jagung yang masih keras tersebut. Kadar air ini sangat penting dalam proses pembentukan miselium F1 nantinya. Banyak yang menyepelekan proses perendaman ini, yang sebenarnya di sinilah letak kunci keberhasilan yang penting dalam pembuatan bibit induk F1. Merendam jagung ini hendaknya menggunakan air yang bersih.
  3. Merebus jagung
    Jagung yang telah direndam selama kurang lebih 48 jam tersebut kemudian dicuci lagi hingga bersih. Lalu masukkan ke dalam panci dan rebuslah selama kurang lebih 20-30 menit. Tidak ada patokan waktu dalam perebusan ini, karena sangat tergantung ukuran dari jagung itu sendiri. Untuk jagung berukuran kecil, biasanya proses perebusan akan lebih lama. Ukuran jagung yang sedang dan besar biasanya hanya memerlukan waktu sekitar 20menit saja. Proses perebusan jagung adalah hingga butiran jagung sudah cukup lunak / empuk, namun belum sampai pecah merekah Selama proses perebusan, hendaknya selalu diperiksa kadar kelunakan dari jagung itu. Ini sangat penting agar jangan sampai jagung masih terlalu keras. Namun juga harus diperhatikan timing / waktu perebusan, jangan sampai jagung terlalu lunak atau sudah pecah merekah. Ini artinya terjadi overcook yang dikhawatirkan akan menimbulkan kontaminasi nantinya. Fungsi dari merebus jagung ini selain untuk melunakkan  jagung, juga untuk menambah kadar air yang terkandung di dalam jagung nantinya. Kadar air ini sangat  penting dalam perkembangan miselium. Kebanyakan kegagalan/kontaminasi diakibatkan kurangnya  kadar air.
  4.  Meniris Hasil Rebusan Jagung
    Setelah direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit. Tujuannya hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan tidak boleh terlalu lama, lalu segera masukkan ke dalam botol.
  5.  Memasukkan Jagung Ke Dalam Botol
    Setelah direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit. Tujuannya hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan tidak boleh terlalu lama, lalu segera masukkan ke dalam botol. Jangan lupa semprot tangan dengan alkohol terlebih dahulu.
  6. Sterilisasi menggunakan autoclav
    Masukkan botol ke dalam autoclav, lalu sterilkan pada tekanan 1,5Bar – 2Bar selama kurang lebih 20menit. Dalam proses sterilisasi ini tidak boleh terlalu lama yang akan menyebabkan jagung tersebut gosong dan kering. Jika proses sterilisasi terlalu lama, akan menyebabkan struktur nutrisi yang terkandung di dalam jagung untuk penumbuhan miselium menjadi rusak, inilah yang menyebabkan salah satu kegagalan nantinya.
  7. Inokulasi bibit PDA ke F1
    Setelah proses sterilisasi, masukkan botol ke dalam kotak pembibitan sederhana atau laminar air flow.  Biarkan sampai cukup mendingin. Kira-kira sekitar 3-5jam. Jika jagung masih terlalu panas, jangan  dipaksakan untuk melakukan proses inokulasi, hal ini dapat menyebabkan kegagalan, karena PDA  terbuat dari agaragar, sehingga akan mudah meleleh dan merusak miselium yang terkandung dalam  agar-agar PDA. Visualisasi dari langkah inokulasi ini adalah sebagai berikut :
  • Panaskan pula sejenak bibit PDA yang akan digunakan untuk menginokulasi media jagung menjadi   bibit induk F1. Panaskan menggunakan panas dari api bunzen secara merata di permukaan dan di  mulut botol PDA
  • Potong / cacah agar-agar dari bibit PDA menjadi beberapa bagian. Tujuannya adalah agar memudahkan dalam memasukkan ke dalam botol F1. Biasanya dalam satu botol bibit PDA ini bisa dibagi menjadi kurang lebih 25 bagian.
  • Masukkan secara perlahan segmen/bagian dari potongan bibit PDA tersebut ke dalam media jagung  yang nantinya menjadi bibit induk F1. Cara memasukkannya harus dengan hati-hati dan masuk secara  sempurna ke dalam botol. Idealnya ukuran segmen adalah kurang lebih 1cm x 2cm.
  • Segera tutup botol dengan kertas koran lalu ikat dengan karet. Ingat!! Koran yang digunakan sebagai  penutup di sini harus sudah disterilkan pula di dalam autoclav. Untuk memastikan tingkat sterilnya, boleh juga dengan menyemprot koran terlebih dahulu menggunakan alkohol 96%.
  • Dalam menutup botol hasil inokulasi, bisa menggunakan kapas, bisa menggunakan kertas koran, bisa juga menggunakan kertas lilin coklat yang biasanya untuk bungkus makanan. Namun secara umum kebanyakan pebudidaya menggunakan tutup kertas koran saja.
  • Setelah proses inokulasi selesai, simpan dengan baik bibit induk F1 di tempat yang bersih, steril, dan stabil suhu dan kelembabannya. Yang termudah adalah diletakkan di dalam lemari yang bersih. Untuk  menjamin kebersihannya, semprot terlebih dahulu tempat penyimpanan menggunakan alkohol 96%